"Hallo Carry! Senang sekali bisa mengajakmu ke Prom-night ini!"
"Hai Carry. Ayo masuk, pasti banyak makanan enak di dalam
"Konbanwa, Carry-chan. Yuk~"
Macam-macam kalimat yang telah Yuki lontarkan dengan lebih dari dua puluh
Yuki merapihkan rambutnya lebih dari tiga kali. Seakan tak disiplin, rambut itu terus mencuat acak-acakan. Suatu hari rambut itu harus bertemu dengan mister Filch untuk diberi edukasi lebih lanjut tentang tata krama di depan para gadis. Yuki bersumpah akan menggunduli kepalanya apabila seseorang protes soal rambutnya. Emm.. oke. Tidak se-ekstrim itu sih. Tapi setidaknya akan ada hukuman manis. Yuki segera memasukkan kakinya ke dalam sepatu fantofel hitam mengkilat barunya. Merasa tidak nyaman. Tapi tetap melangkah keluar asrama dengan terburu-buru.
Ramai.
Yuki termangu-mangu beberapa lama di depan aula besar. Inilah kali kedua ia merasakan kemewahan di Hogwarts. Yang pertama adalah ketika ia baru pertama kali masuk ke Hogwarts. Lebih tepatnya, seleksi asrama. Semua orang berkumpul dan berpesta. Namun kali ini seratus delapan puluh derajat berkebalikan. Kali ini adalah pesta untuk melepas kakak-kakak kelasnya. Ia belum masuk. Masih memutuskan untuk menunggu Carry terlebih dahulu sebelum masuk. Yuki berdiri beberapa pilar dari pintu aula besar. Kemudian mengamati pantulan bayangan dirinya sendiri di lantai. Sembari melihat ke sekelilingnya. Dan matanya segera tertuju pada karpet merah yang panjang dan lebar memanjang di tengah-tengah aula besar, hingga menjumput keluar. Carry belum datang, tapi Yuki boleh mengintip dong? Sip.
Yuki menjulurkan kepalanya, mengintip dekorasi ruangan aula besar yang super-duper-mewah. Serba merah. Dan Yuki bisa melihat foto-foto yang terpajang di aula tersebut.. Bergerak! Tidak. Itu bukan aneh. Ini juga bukan kali pertama Yuki berhadapan dengan benda-benda dua dimensi yang bergerak selain di televisi. Yuki bergeliat-geliat, berusaha mengintip dekorasi lebih jauh sebelum kakinya menginjak masuk bersama Carry nanti. Huff~ gugup. Jelas. Sekarang jantung Yuki sudah berdebar-debar tidak karuan. Mampukah ia nanti berjalan bersama Carry ke dalam sana sebelum ia pingsan? Inilah pertama kalinya bagi Yuki mengajak seorang gadis ke sebuah pesta. Jelas sangat gugup. Tak perlu di definisikan lagi seperti apa rasanya. Apalagi ketika mata Yuki menangkap beberapa anak yang sudah bersama pasangannya masuk. Yuki berusaha menenangkan dirinya ketika ia berjalan kembali menuju pilar dan tanpa sengaja terantuk salah satu lantai batu pualam yang sedikit terangkat. Yuki berusaha menggapai-gapai dinding tapi gagal—seperti yang sudah-sudah terjadi—dan akhirnya terjerembab ke depan. Nyaris saja jidatnya yang mulus itu mencium lantai andaikata tangannya tidak refleks menahan berat tubuhnya.
Semoga Carry tidak lihat... Semoga Carry tidak lihat...
Yuki terus berkomat-kamit sambil berusaha berdiri, kemudian bersender pada dinding, menarik napasnya, dan berusaha untuk tenang.
Tapi sayangnya ia tidak bisa tenang. Bahkan tanpa disadari wajahnya mulai memerah.
Uwaah!! Gugup!
Dan tepat saat itu, Yuki melihat Carry. Seakan tidak terjadi apa-apa, Yuki langsung mengulurkan tangannya, mengajak Carry untuk menerima ulurannya. "Emm, Konbanwa, Carry. Yuk~" ujarnya sambil tersenyum, berusaha menyembunyikan segala kejadian memalukan sebelumnya. Apakah Carry melihatnya? Apakah Carry mentertawakannya? Yuki segera menggandeng Carry untuk masuk ke dalam aula besar, dan kemudian kakinya segera menapak di atas karpet merah mewah itu. "Err.. Carry, kau tidak lihat kejadian tadi kan?" tanya Yuki, saat mereka berdua mulai masuk ke dalam aula besar itu.
(( Silahkan klik untuk penampilan Yuki
Senin, 12 Januari 2009
Prom Night: 001 (1978-1979)
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar